cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014" : 14 Documents clear
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAUR ULANG SAMPAH DI KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG Erlangga Ariesta PP; Holi Bina Wijaya
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.335 KB)

Abstract

Persampahan merupakan salah satu sektor yang menjadi permasalahan di dalam perkembangan suatu daerah karena masih kurangnya sistem pengelolaan sampah yang baik. Kelurahan Tugurejo mempunyai permasalahan yang tidak jauh berbeda yaitu pengelolaan sampah yang kurang baik yang ditandai dengan kurang efektifnya sistem pengelolaan sampah sehingga masih terdapat sampah-sampah yang berserakan di lingkungan. Hal ini dapat diminimalisasi dengan melibatkan potensi-potensi yang sudah ada untuk menuju kualitas lingkungan yang lebih baik. Pengelolaan daur ulang sampah berbasis masyarakat merupakan salah satu alternatif untuk memperbaiki kualitas lingkungan di Kelurahan Tugurejo. Dalam hal ini, masyarakat merupakan unsur utama sebagai pengelola, sehingga partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daur ulang sampah, dan diharapkan dapat menghasilkan temuan tentang bagaimana bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daur ulang sampah di Kelurahan Tugurejo. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daur ulang sampah yaitu dengan memberikan sumbangan berupa pikiran dan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan dua minggu sekali. Selain itu, mereka juga melakukan pertemuan secara rutin setiap malam Minggu guna membahas kinerja, evaluasi, dan rencana ke depan. Pertemuan itu dihadiri juga oleh perwakilan dari pihak pemerintah. Dalam pelaksanaan program, masyarakat cenderung tidak terpaksa sama sekali. Dari aspek karakteristik masyarakat yang mempengaruhi tingkat partisipasi pengelolaan daur ulang sampah di Kelurahan Tugurejo adalah  usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, dan status kepemilikan tempat tinggal.
PENGARUH PRIVATISASI RUANG TERBUKA PUBLIK TAMAN TABANAS GOMBEL SEMARANG TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN PENGUNJUNG Eka Adhitya Hari Putra; Parfi Khadiyanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.922 KB)

Abstract

Ruang terbuka publik yang bebas dan netral merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat perkotaan. Keterbatasan pihak pengelola ruang terbuka publik (pemerintah) dalam penyediaan dan pemeliharaan ruang terbuka publik adalah salah satu permasalahan klasik perkotaan. Kerjasama dengan pihak swasta dalam penyediaan dan pemeliharaan ruang terbuka publik (privatisasi) merupakan salah satu jalan keluar. Namun, keterlibatan pihak swasta dalam penyediaan dan pengelolaan ruang terbuka publik  menimbulkan masalah terkait isu profit-oriented. Taman Tabanas yang berada di kawasan perbukitan Gombel Kecamatan Banyumanik Kota Semarang merupakan salah satu ruang terbuka publik yang mengalami privatisasi. Disekitar kawasan taman berdiri restoran, café dan tempat karaoke sehingga fungsi taman Tabanas sebagai ruang terbuka publik terpengaruh dengan kepentingan privat yang bersifat komersial, terutama kenyamanan pengunjung di ruang terbuka publik. Maka penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif deskriptif untuk mengetahui apa pengaruh privatisasi ruang terbuka publik Taman Tabanas Gombel terhadap kenyamanan pengunjung. Privatisasi dapat memberi pengaruh positif (peningkatan fasilitas & pengelolaan) juga dapat memberi pengaruh negatif (pembatasan akses & kesenjangan sosial). Pada kasus Taman Tabanas, privatisasi cenderung memberi pengaruh negatif terhadap ruang terbuka publik, seperti pembatasan akses dan kesenjangan sosial. Hasil temuan mengindikasikan bahwa pengunjung yang berada di luar restoran/café dan tempat karaoke merasa “cukup” nyaman dan sebagian merasa tidak nyaman, artinya tidak ada yang merasa nyaman. Dari beberapa indikator yang digunakan untuk menilai kenyamanan pengunjung, sebagian besar dinilai buruk oleh pengunjung. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa privatisasi di Taman Tabanas berpengaruh negatif terhadap tingkat kenyaman pengunjung di luar restoran/café dan tempat karaoke.
KARAKTERISTIK MASYARAKAT PENERIMA DANA BANTUAN UNTUK PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN KEMIJEN Anggi Yulia Permatasari; Asnawi Asnawi
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah merupakan kebutuhan mendasar untuk setiap manusia, dalam pemenuhan akan rumah memiliki prioritas yang penting selain pemenuhan sandang dan pangan. Namun  tidak semua manusia bisa terpenuhi akan memiliki sebuah rumah yang layak huni dengan lingkungan yang sehat. Pertambahan penduduk dan keterbatasan lahan merupakan akar dari permasalahan yang timbul pada pengadaan rumah yang layak huni terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Pengentasan kemiskinan telah di upayakan oleh pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan itu sendiri dengan cara memberikan berbagai macam program bantuan untuk rakyat miskin. Salah satunya adalah dengan memberikan Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya dengan program Peningkatan Kualitas Perumahan (PKP). Kelurahan Kemijen merupakan salah satu kelurahan  yang ada di Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang yang mendapatkan bantuan program PKP. Dimana Kelurahan Kemijen merupakan Kelurahan yang terbilang paling banyak masyarakat berpenghasilan rendahnya dan sulit untuk memenuhi kebutuhan akan rumah yang layak huni se-Kecamatan Semarang Timur. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut maka dalam penelitian ini digunakan metode campuran (kualitatif, kuantitatif). Analisis yang diunakan adalah analisis deskriptif kualitatif  yang digunakan untuk mengetahui bagaimana mekanisme penyaluran dana program PKP, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui bagaimana karakteristik penerima bantuan dana program PKP. Hasil dari penelitian ini adalah rekomendasi untuk pemerintah, masyarakat maupun instansi terkait untuk menyelesaikan masalah tentang pengentasan kemiskinan yang ada di Kelurahan Kemijen dengan cara mensejahterakan hidup mereka dengan memperbaiki taraf hidup mereka melalui perbaikan kualitas rumah, sehingga mereka dapat memiliki rumah yang layak untuk ditempati.
Pengembangan Permukiman Pemulung di Kawasan TPA Jatibarang, Kota Semarang Anissa Fitriana Aida; Joesron Alie Syahbana
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.793 KB)

Abstract

Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan menghubungkan fakta serta menciptakan solusi dengan menggunakan asumsi. Adanya kegiatan perencanaan diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada dalam suatu kota. Salah satunya mengenai permasalahan permukiman kumuh. Khususnya permukiman kumuh pemulung yang tak layak huni dengan bangunan yang terbuat dari bahan non permanen seperti yang terletak pada kawasan pembuangan akhir sampah (TPA) Jatibarang, Semarang. Untuk mampu mengatasi permasalahan permukiman kumuh, dibutuhkan suatu perencanaan yang dapat menjawab secara objektif. Maka, dibutuhkan rencana penyediaan rumah sederhana layak huni bagi pemulung yang mampu meningkatkan taraf hidup pemulung. Rencana ini harus dilakukan dengan benar oleh pemerintah dengan memperhatikan kebutuhan dana dan lahan. Penggunaan metode “top down” atau perencanaan “dari atas” paling tepat diterapkan karena kondisi pemulung sebagai minoritas yang kurang diperhatikan dari pemerintah sehingga membutuhkan dibutuhkan peran pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Pemerintah memiliki tanggung jawab dan peran paling penting untuk menangani masalah ini yang tentu saja harus didukung oleh beberapa pihak tak terkecuali pemulung sendiri. Hasil dari kegiatan ini adalah menyediakan lokasi rumah yang layak untuk tempat tinggal pemulung namun tetap dekat dengan lokasi bekerja yaitu 4 km dari kawasan TPA Jatibarang. Rumah yang dibutuhkan dibangun dengan bahan bangunan yang kokoh seperti batu kali, batu bata, kayu dan genting, memiliki kelengkapan sanitasi atau MCK, akses air bersih dengan sumur dan listrik yang disediakan PLN. Rumah dapat disewa dengan harga Rp 90.000 per minggu. Lingkungan sosial sekitar rumah menyajikan kedekatan sosial sehingga mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan untuk para pemulung di kawasan TPA Jatibarang Semarang melalui pengelolaan sampah.
PENGARUH PERGERAKAN TERHADAP POLA KONSUMSI TENAGA KERJA DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA Raetami Adira Saraswati; Anita Ratnasari Rakhmatulloh
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.02 KB)

Abstract

Kawasan industri menyerap banyak tenaga kerja dari berbagai wilayah baik dari dalam kota maupun dari luar kota. Salah satunya Kawasan Industri Wijayakusuma yang terletak di jalan raya ekonomi Semarang-Jakarta.Banyak tenaga kerja industri yang melakukan pergerakan dari tempat tinggalnya menuju ke tempat bekerjanya yaitu Kawasan Industri Wijayakusuma maupun sebaliknya setiap hari. Perlunya mengetahui karakteristik sosial-demografi dan ekonomi, karakteristik pergerakan, dan karakteristik pola konsumsi tenaga kerja agar dapat mengetahui pengaruhnya satu sama lain.Dalam penelitian ini ternyata di temukan bahwa pergerakan akan mempengaruhi pola konsumsi tenaga kerja. Terlihat dari jenis kelamin akan mempengaruhi jarak tempuh, waktu tempuh, dan kendaraan yang akan di gunakan ke tempat bekerja. Perempuan lebih cenderung memiliki jarak tempuh dan waktu tempuh yang lebih pendek daripada laki-laki.Pendapatan juga akan mempengaruhi kendaraan yang akan di gunakan oleh tenaga kerja, serta jumlah kendaraan yang di miliki akan mempengaruhi juga pada kendaraan yang akan di gunakan dan frekuensi perjalanan si tenaga kerja eitu sendiri Jarak tempuh dan waktu tempuh tenaga kerja ternyata akan mempngaruhi pola konsumsinya khususnya pada proporsi pola untuk transportasi, semakin jauh jarak tempuh atau semakin lama waktu tempuh tenaga kerja akan semakin besar proporsi pola untuk transportasinya. Jika jarak tempuhnya semakin jauh juga maka akan ada perilaku tenaga kerja untuk menekan proporsi pola non pangannya agar semua kebutuhannya akan tercukupi.Namun,bagaimanapun pergerakan tenaga kerja tidak akan mempengaruhi proporsi pola untuk pangannya karena hal ini merupakan kebutuhan primer yang tidak dapat di ganti dengan kebutuhan lainnya.Penyediaan sarana transportasi yang memadai, melihat juga dari aspk biaya karena hal ini akan menjadi faktor pertimbangan untuk tenaga kerja dalam memilih kendaraan yang akan di gunakan ke tempat kerja.Selain itu, perlunya penyediaan perumahan di sekitar kawasan industri, agar jarak tempuh dan waktu tempuh tenaga kerja akan semakin dekat sehingga, akan semakin efektif dan efisien baik dalam waktu, tenaga, dan biaya yang akan di keluarkan untuk transportasi.
ANALISIS KESESUAIAN PERMINTAAN (DEMAND) WISATAWAN DAN PENAWARAN (SUPPLY) OBYEK WISATA PANTAI WALENGKABOLA Muhammad Adgyl Richardy
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.108 KB)

Abstract

Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan Indonesia untuk peningkatan ekonomi daerah yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dan penyedia lapangan pekerjaan yang banyak. Salah satu sektor pariwisata yang berkembang di Indonesia adalah wisata pantai, wisata ini dapat menarik perhatian banyak wisatawan karena keindahan alamnya. Pantai Walengkabola merupakan salah satu wisata pantai yang terdapat di Kecamatan Tongkuno memiliki luas area sekitar 251 ha. Obyek wisata ini cukup berpotensi untuk dapat dikembangkan sebagai wisata unggulan Kabupaten Muna yang dapat memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan asli daerah. Tujuan Penelitian adalah menganalisis kesesuaian permintaan (demand) wisatawan dan penawaran (supply) obyek wisata pantai Walengkabola. Hasil penelitian menunjukan bahwa obyek wisata pantai Walengkabola memiliki potensi dan keunikan atraksi untuk di kembangkan. Namun, terjadi ketidaksesuaian antara permintaan (demand) wisatawan dan penawaran (supply) obyek wisata pantai Walengkabola disebabkan oleh belum ada travel agent, belum didukung ketersediaan fasilitas penginapan, kurangnya angkutan wisata untuk menuju  ke Obyek wisata, buruknya kondisi jalan, buruknya kondisi fasilitas.
PERBANDINGAN BIAYA UMUM TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM DAN SEPEDA MOTOR SEBAGAI MODA TRANSPORTASI OLEH MAHASISWA (Studi Kasus: Kampus Universitas Diponegoro Tembalang) Nasruddin Nasruddin; Anita Ratnasari Rakhmatulloh
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.271 KB)

Abstract

Moda transportasi angkutan umum merupakan salah satu sarana transportasi penting yang harus dikembangkan. Adanya kampus Undip Tembalang sebagai pusat tarikan membuat tingginya mobilitas yang terjadi di sekitar kawasan tersebut, dimana pelakunya di dominasi oleh mahasiswa. Preferensi mahasiswa memilih moda transportasi cenderung kepada penggunaan kendaraan pribadi yaitu sepeda motor dibandingkan angkutan umum. Padahal dilihat dari trayek angkutan umum, angkutan umum sebenarnya mampu menjangkau sampai ke wilayah permukiman/kos-kosan mahasiswa dan juga mampu mengantar mahasiswa untuk sampai ke setiap fakultas dan gedung lainnya yang berada di kampus Undip Tembalang. Jika dilihat dari biaya yang dikeluarkan, penggunaan angkutan umum tentu menghabiskan tarif yang lebih kecil dibandingkan penggunaan sepeda motor. Namun, tetap saja sepeda motor menjadi preferensi utama mahasiswa. Penlitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mahasiswa dalam pemilihan moda transportasi serta membandingkan selisih biaya umum transportasi sepeda motor dan angkutan umum untuk perjalanan menuju kampus. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa sebanyak 62% mahasiswa Undip Tembalang memilih menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi untuk perjalanan kekampus, sedangkan sisanya yaitu 38% memilih menggunakan angkutan umum. Hasil perhitungan biaya umum transportasi didapat rata-rata selisih biaya umum transportasi sepeda motor dan angkutan umum adalah Rp 10.648. Besarnya selisih biaya umum transportasi ini disebabkan karena besarnya nilai konversi waktu tunggu dan waktu perjalanan dengan menggunakan angkutan umum. Sehingga untuk kedepannya, untuk membuat selisih biaya umum transportasi angkutan umum terhadap sepeda motor menjadi lebih kecil sehingga preferensi mahasiswa terhadap moda angkutan umum meningkat, diperlukan mekanisme perencanaan transportasi yang lebih baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam memilih sepeda motor adalah kepemilikan sepeda motor yang tinggi, kepemilikan SIM, jenis kelamin, kenyamanan sepeda motor yang fleksibel, cepat, dan efisien untuk digunakan, keamanan, kehandalan sepeda motor seperti bisa digunakan setiap saat dan ada ketika dibutuhkan dalam penggunaannya, waktu tempuh perjalanan yang singkat, dan biaya umum transportasi yang rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam memilih angkutan umum adalah rendahnya kepemilikan sepeda motor, rendahnya kepemilikan SIM, jenis kelamin mahasiswa, dan tingkat keamanan yang tinggi seperti jarangnya tindak kejahatan yang terjadi didalam angkutan umum.
KEBERHASILAN COMMUNITY BASED TOURISM DI DESA WISATA KEMBANGARUM, PENTINGSARI DAN NGLANGGERAN Novia Purbasari; Asnawi Asnawi
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.803 KB)

Abstract

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Pulau Jawa, namun memiliki potensi pariwisata yang tinggi. Hal ini dikarenakan DIY memiliki faktor yang berkenaan dengan keanekaragaman objek, dan ragam spesifikasi objek dengan karakter yang mantap dan unik. Hal ini memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat lokal. Sehingga munculah desa –desa wisata yang berada di sekitar DIY yang dikelola oleh masyarakat lokal yang bergerak di bidang pariwisata yang sering disebut community based tourism (pariwisata berbasis masyarakat). Melalui pariwisata berbasis masyarakat, pemerintah menanggapinya dengan suatu program yaitu PNPM Mandiri Pariwisata. Namun tidak semua desa wisata mampu membawa desa wisata menuju keberhasilan. Desa Kembangarum, Pentingsari dan Nglanggeran mampu menunjukkan keberhasilan community based tourism. Hal itu dilihat dari banyaknya penghargaan yang mereka terima. Hal ini memunculkan pertanyaan penelitian yaitu bagaimana keberhasilan community based tourism di Desa Kembangarum, Pentingsari dan Nglanggeran? Dari pertanyaan di atas maka terumuskanlah tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi ukuran keberhasilan dari Desa Wisata Kembangarum, Pentingsari dan Nglanggeran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik purposive dan mengadopsi snowball sampling. Hasil akhir dari penelitian ini Desa Wisata Pentingsari dan Nglanggeran berhasil melalui upaya pemberdayaan masyarat sedangkan Desa Wisata Kembangarum berhasil melalui pelibatan masyarakat secara tidak langsung.
ANALISIS KETERKAITAN PERAN BKM TERHADAP MODAL SOSIAL DALAM PELAKSANAAN PLP-BK DI KELURAHAN PATI LOR Vega Kirana; Holi Bina Wijaya
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.4 KB)

Abstract

Sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan oleh pemerintah, (Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas) PLP-BK menjadi sarana bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan partisipasi pembangunan. Dalam pelaksanaannya kegiatan PLP-BK dinaungi oleh lembaga masyarakat yang disebut BKM . Sebagai lembaga masyarakat yang mengurusi PLP-BK, BKM memiliki peran penting agar tujuan kegiatan dapat tercapai. Lembaga adalah modal dasar (Social Capital) yang dapat dipandang sebagai aset produktif. Melalui lembaga masyarakat mampu bekerja sama dengan masyarakat lainnya sehingga meningkatkan produktivitas anggotanya baik secara individu maupun keseluruhan (Kartodiharjo, 2005). BKM menjadi tumpuan agar kegiatan PLP-BK dapat berjalan secara terus-menerus (sustainable) dengan menumbuhkan modal sosial di dalam masyarakat. Penelitian menggunakan metode kuantitatif deskriptif untuk mengetahui keterkaitan peran BKM terhadap modal sosial yang ada dalam masyarakat melalui program PLP-BK di Pati Lor. Kelurahan Pati Lor merupakan salah satu wilayah yang mendapatkan bantuan PLP-BK dengan BKM Mekar Sari sebagai perwakilan masyarakat. BKM yang mampu melaksanakan peran dalam PLP-BK dapat menumbuhkan modal sosial masyarakat. Modal sosial menjadi perekat bagi setiap individu, dalam bentuk norma, kepercayaan dan jaringan kerja, sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan, untuk mencapai tujuan bersama. Adanya modal sosial dalam PLP-BK berguna untuk mencapai tujuan dan keberlanjutan program. Hasil dari penelitian ini adalah diketahui beberapa keterkaitan antara peran BKM terhadap modal sosial sehingga diharapkan adanya pengoptimalan peran BKM agar modal sosial masyarakat Pati Lor berkembang dengan baik.
POSISI PENAWARAN DAN PERMINTAAN WISATA MENURUT PENDAPAT PENGUNJUNG KLENTENG SAM POO KONG DI KOTA SEMARANG Indri Astuti; Hadi Wahyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.63 KB)

Abstract

Klenteng Sam Poo Kong yang terletak di Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang, sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Kota Semarang tentunya memerlukan adanya penelitian mengenai posisi penawaran dan permintaan wisata menurut pendapat pengunjung. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kedua aspek tersebut yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan rekomendasi pengembangan daerah tujuan wisata Klenteng Sam Poo Kong. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji posisi penawaran dan permintaan wisata Klenteng Sam Poo Kong yang dilihat dari elemen sistem pariwisata. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif kuantitatif. Analisis yang digunakan yaitu skoring dan matriks BCG. Hasil penelitian ini akan menunjukkan posisi penawaran dan permintaan wisata Klenteng Sam Poo Kong dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan rekomendasi pengembangan Klenteng Sam Poo Kong sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Kota Semarang.

Page 1 of 2 | Total Record : 14


Filter by Year

2014 2014